Rabu, 27 April 2011

Pengorbanan Seorang Ibu..

Ibu adalah sosok wanita yang sangat aku kagumi. Karena Ibu adalah sosok seorang yang tangguh dan penuh kasih sayang. Apapun yang Beliau kerjakan, tak pernah terdengar keluhnya.  Beliau sangatlah kuat mengahadapi masalah yang dihadapinya. Jika mengambil keputusan, Beliau selalu memberikan keputusan yang terbaik bagi kami. Yang sampai saat ini tidak pernah kurang adalah perhatian dan kasih sayangnya. Begitu besar perhatian dan kasih sayang yang Ia berikan kepada semua anaknya. Hal itu semakin terbukti dengan perhatian yang selama ini dia berikan untuk almarhum kakakku, M.Syafrudin. Semasa ia sakit, Ibu selalu mengurus dengan sabar dan penuh kasih sayang. Ia sering mengeluh kepada Ibu, beliau pun menyemangatinya agar ia kembali sehat dan berkumpul bersama keluarga seperti sediakala. Selama ±4 bulan Ibu merawat kakakku tanpa menunjukkan kelelahan kepadanya. Aku tahu, betapa lelahnya Beliau ketika harus pergi pagi dan pulang larut malam demi menjaga anaknya yang sedang sakit. Belum lagi harus mencuci pakaian kakak dan memasak untuk yang menjaga kakakku pada waktu malam hari.
Sangat lelah, itulah yang terlihat walaupun ditutup-tutupi oleh Ibu. Tetapi, ketika aku ingin membantu, Beliau malah memarahiku. Beliau berkata “Tugas kamu adalah belajar, tak usah mengurusi kakak yang sedang sakit, karena sudah banyak yang menjaganya. Nanti kalau libur, barulah kamu bantu-bantu.” Alangkah kagetnya aku, walaupun aku tinggal di rumah pamanku, kadang aku pulang ke rumah untuk membantu Ibuku. Meskipun kalau aku pulang, Beliau marah-marah. Sempat kakakku sembuh dan sadarkan diri. Beliau sangat senang melihat anaknya berangsur-angsur sembuh. Tetapi, beberapa hari setelah itu, pikiran kakakku mulai kacau kembali. Akhirnya Ibu memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit lagi.
Dari situlah kakakku mulai menjadi semakin parah penyakitnya. Ibu terus berdoa demi kesembuhan kakakku sambil terus menyemangati kakakku agar ia mampu melawan penyakit yang dideritanya. Tiga hari kakakku dirawat, Ibu memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan beralih ke pengobatan alternatif saja. Kakakku dibawa pulang ke rumah. Selama dirawat di rumah, sudah banyak yang mencoba untuk mengobatinya. Tetapi semua berkata, “Kenapa tidak dari dahulu diobati dengan pengobatan alternatif?” Ibu hanya berkata, “Sebelumnya saya sudah pernah coba, tetapi hasilnya hanya sementara. Bahkan ada juga yang hasilnya sama saja atau tidak bereaksi sama sekali.” Ibu semakin bingung dengan keadaan kakakku yang semakin parah dan ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang hanya membuat Ibuku semakin terpojok.
Suatu hari, ketika semua sedang sibuk memasak, didapati kakakku bernafas dengan tersengal-sengal. Begitu paniknya Ibuku sampai menangis melihat keadaan anaknya tersebut. Kakakku dibawa ke rumah sakit yang  tak jauh dari rumah. Namun, sayangnya kami ditolak karena keterbatasan ruangan yang dimiliki rumah sakit tersebut. Akhirnya, kakakku dibawa ke rumah sakit di daerah Jakarta. Alhamdulillah, Ia sempat menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Nafasnya sudah mulai teratur dan tanda-tanda kesembuhan lainnya. Namun, manusia hanya bisa berusaha, Allah yang menentukan. Kakakku menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Bapakku. Tetapi, Ibu tidak ikut serta ke rumah sakit. Ketika mendengar berita meninggalnya sang anak, Ibuku hampir tidak sadarkan diri. Ibuku menangis tersedu-sedu mendengar anaknya telah pergi mendahuluinya. Sesampainya jenazah dirumah, Ibu langsung memeluknya. Tak dapat dipercaya, Ia pergi begitu cepat. Ibu pun ikut dengan kami sampai ke tempat peristirahatan kakakku yang terakhir. Selama perjalanan itu, Ibu tak henti-hentinya menangis. Aku papah Beliau, karena aku takut beliau tidak kuat jalan. Sepulang dari pemakaman, Ibu masih menangis. Semua mencoba menenangkannya, tetapi Beliau butuh waktu untuk itu. Begitu besar pengorbanan Ibu. Tanpa mengeluh dan tetap sabar. Walaupun semasa hidup kita selalu menyusahkan Ibu, tetapi Ibu tetap menyayangi kita sepenuh hati tanpa pengecualian.

Senin, 04 April 2011

Guruku Pahlawanku

Bukanlah sebuah hal yang aneh apabila seorang anak muda memiliki sebuah cita-cita yang ingin di capainya dikemudian hari. Begitupun dengan aku, layaknya seorang anak muda yang juga memiliki beberapa cita-cita yang ingin aku capai sejak dahulu. Adapun salah satu cita-citaku adalah menjadi seorang guru. Aku ingin sekali menjadi seorang guru sejak kecil, karena terinspirasi oleh ayah dan kakakku yang memiliki profesi sebagai pengajar. Sejak saat itu, aku berjuang sebisa mungkin untuk mencapai cita-citaku tersebut. Hingga akhirnya, saat ini, aku telah berkuliah dengan jurusan untuk menjadi seorang guru. Cita-citaku tak hanya menjadi seorang guru, tetapi juga menjadi seorang dokter. Dahulu, aku pernah bertekad untuk menjadi seorang dokter. Tetapi, setelah aku mencoba menempuh jalan menjadi dokter, aku berpikir kembali dengan keputusan yang telah aku ambil. aku berpikir bahwa menjadi seorang dokter tidaklah mudah, banyak sekali hambatannya. Apalagi untuk orang sepertiku, yang tidak memiliki banyak uang. Akan sulit membiayai sekolah kedokteran.

Sampai suatu hari, ketika 6 bulan menjelang UN smp, aku merasa kemampuan dalam berbahasa inggris sangatlah kurang. Akhirnya, kakakku mendaftarkanku ke sebuah lembaga bimbingan belajar yang letaknya tak jauh dari rumah. Guru yang mengajarkan aku, biasa aku panggil Mr Hari. Awalnya memang sulit, karena aku berpikir aku adalah orang yang paling sulit menangkap pelajaran dibandingkan dengan teman-teman yang lainnya. Tetapi, itu semua hanya pemikiranku yang sempit saja. Bahkan, setelah kujalani ternyata mudah! 

Setelah aku memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan kemampuanku itu, aku mulai tertarik dengan bahasa inggris. Semakin tertarik saja, ketika aku diajarkan oleh guru bahasa inggris yang biasa kami panggil Mom Muzayana. Aku sangat tertarik dengan gaya beliau mengajarkan bahasa inggris, gayanya yang selalu semangat ketika berdiri di depan kelas menjelaskan materi. Ditambah dengan gaya ajar yang tegas namun menarik perhatian. Tidak hanya itu, beliau selalu memerhatikan siswa-siswanya. Apabila ada yang mengantuk, beliau pasti akan tahu dan langsung menjadikannya 'sasaran empuk' sampai rasa kantuknya hilang. Benar-benar guru yang enerjik dan patut dicontoh. Sampai-sampai aku bercita-cita ingin menjadi seorang guru bahasa inggris seperti beliau. Sampai sekarang pun aku masih ingin memperdalam kemampuan bahasa inggrisku.

Seiring berjalannya waktu, ayahku mengetahui keinginanku untuk menjadi seorang guru. Beliau sangat mendukungku. Namun, beliau menyarankan agar aku menjadi seorang guru matematika saja. Tidak! pikirku. Karena, aku berpikir aku lebih baik menjadi guru bahasa daripada guru matematika. Sedari dulu, aku membenci matematika. Sampai suatu hari, ketika aku mengikuti kegiatan les di sebuah lembaga bimbingan belajar, aku diajarkan matematika oleh seorang guru matematika yang biasa kami panggil Pak Rudi. Pada awalnya, aku tak begitu memahami setiap materi yang beliau ajarkan kepadaku, sampai-sampai aku meminta temanku atau guru matematikaku yang lainnya untuk menjelaskan kembali tentang soal yang dijelaskan oleh beliau tadi. Seiring berjalannya waktu, aku mulai bisa mengikuti semua yang diajarkan oleh beliau. Aku juga menyukai gaya ajar beliau yang simple. Karena, ketika beliau mengerjakan soal yang menurut siswa rumit, namun oleh beliau dikerjakan dengan begitu mudahnya! Dari situlah aku mulai menyukai matematika. Aku semakin bersemangat ketika beliau mendukung pilihanku untuk melanjutkan menjadi seorang guru. Beliau selalu membuat mental kami jatuh, dengan tujuan untuk membangun semangat belajar kami. Karena dengan begitu mental kami akan semakin kuat Alangkah senangnya aku sewaktu mendapatkan berita bahwa aku diterima di Pendidikan Matematika Universitas Negeri Jakarta. Walaupun aku sangat ingin diterima di pilihan pertama yaitu Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Jakarta, namun ternyata aku diterima di pilihan kedua. Walau bagaimanapun, itu adalah pilihanku juga. Karena, hidup itu tidak hanya mengawali saja. 

Guruku Pahlawanku.
Karena beliau yang telah mendidik aku.
Dari yang tidak bisa menjadi bisa.
Dari yang tidak suka menjadi suka.
Dari yang penakut menjadi berani.
Guruku Pahlawanku
Pahlawan tanpa tanda jasa.
Aku tidak akan pernah melupakan jasa-jasamu.
Beliau yang selalu membimbing dan mendukungku sampai saat ini.
Tanpa beliau, aku tidak akan bisa menjadi seperti sekarang.
Terima kasih Guruku...

Senin, 21 Maret 2011

'21', from Vegas to Harvard

Cerita berawal dari seorang mahasiswa  Massachusetts Institute of Technology (MIT), Ben Campbell (Jim Sturgess), yang berkeinginan untuk melanjutkan kuliah ke Harvard Medical School (HMS). Namun sayangnya, dia memiliki masalah dalam keuangan. Hingga suatu hari, Micky Rosa (Kevin Spacey), dosen matematikanya melihat Ben lebih unggul dari teman-temannya. Dari sanalah Ben diajak oleh Micky bergabung dengan timnya untuk 'mencari uang' di Las Vegas. Awalnya Ben menolak, karena ia harus menyelesaikan eksperimen membuat robot bersama kedua temannya Miles (Josh Gad) dan Cam (Sam Golzari), untuk memenangkan kompetisi 2,09. Tetapi pada akhirnya, dia memutuskan untuk bergabung dengan tim Micky yang terdiri dari Jill (Kate Bosworth), Choi (Aaron Yoo), Kianna (Liza Lapira) dan Fisher (Jacob Pitts). Ben mulai belajar menghitung kartu dan menghapal semua kode-kode yang digunakan tim Micky. Ben pun memulai aksinya di Las Vegas.
Sesampainya di Las Vegas, Ben berganti nama menjadi Vladimir Stupnitsky. Begitu juga dengan yang lainnya. Masing-masing memiliki identitas yang berbeda. Mulailah Ben dengan aksinya. Awalnya, Ben merasa tidak percaya diri. Namun, seiring berjalannya waktu, Ben selalu menang dalam perjudian tersebut dan akhirnya muncullah kepercayaan dirinya. Setiap akhir pekan mereka pergi ke Las Vegas untuk berjudi dan mendapatkan banyak uang. 
Pada suatu hari, Fisher mulai iri dengan Ben yang selalu dipuji oleh Micky. Fisher pun membuat masalah dengan Ben, yang berakibat ia dikeluarkan oleh Micky dari tim. Mereka meneruskan perjalanan tanpa Fisher. Ben selalu memuaskan Micky. Sampai pada suatu hari, Ben merasa depresi karena dikeluarkan dari tim eksperimennya. Ben melakukan kesalahan yang membuat robot yang sudah dibuat oleh mereka selama 1 tahun lebih itu rusak dan harus diperbaiki lagi. Pikirannya menjadi kacau, awalnya ia berhitung, sekarang ia berjudi. Dari kejadian tersebut, Micky merasa rugi hingga ratusan ribu dolar. Micky pun marah dan mengundurkan diri dari tim. Micky memutuskan untuk pulang tanpa timnya. Dari kejadian tersebut, Ben mengambil keputusan untuk menjadi pengganti Micky. Mereka melanjutkan tanpa Micky. Suatu hari, ketika Ben sedang berjudi, Micky memata-matai mereka dan melaporkannya kepada Cole Williams (Laurence Fishburne) seorang pakar matematika yang bekerja mengawasi perjudian yang sedang berlangsung. Jika Cole mendapati seseorang sedang melakukan kecurangan dalam berjudi (dalam hal ini, menghitung), maka ia akan langsung memberi peringatan kepada orang tersebut. Cole pun menangkap Ben. Dari penangkapan tersebut, Cole memberikan penawaran menarik kepada Ben. Cole ingin bekerja sama dengan Ben untuk menjebak Micky dengan cara membawa Micky kembali ke Las Vegas. Ben dibebaskan dan memulai karir baru bersama Micky dan timnya. Ben mengatur strategi untuk menjebak Micky dengan membuat Micky ikut bermain, karena biasanya Micky hanya melihat dari kejauhan tanpa ikut bermain. Akhirnya, Micky pun ikut bermain dengan penyamaran. Pada saat itulah Cole mengambil kesempatan untuk menangkap Micky. Akhirnya, tertangkaplah Micky dan Ben dibebaskan oleh Cole dengan syarat ia harus mengembalikan kepingan-kepingan koin yang telah didapatnya. Ben menyesal telah meninggalkan Miles dan Cam demi mendapatkan uang yang akhirnya dicuri darinya. Kabar baik datang dari Miles dan Cam. Mereka berhasil memenangkan kompetisi 2,09, tetapi Ben hanya bisa melihat dari kejauhan. Ben merasa amat menyesal, tetapi dibalik semua itu, ternyata ada juga hikmahnya. Dalam penyesalannya itu, Ben mengikuti seleksi 'Beasiswa Robinson' yang diikuti oleh 76 pelamar, dimana pelamar-pelamar tersebut memiliki prestasi yang mengagumkan sama seperti Ben. Selain daripada itu, salah satu syarat untuk mendapatkan beasiswa tersebut adalah dengan menceritakan pengalaman hidup yang membuat dia pantas untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Akhirnya, Ben menceritakan pengalamannya selama ia berjudi di Las Vegas. Dari pengalamannya itu, Ben mendapatkan Beasiswa Robinson. Ben merasa senang sekali karena ia mendapatkan beasiswa itu sekaligus pengalaman hidup yang menarik.

Dari film tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kita harus bersyukur dengan segala sesuatu yang kita dapatkan. Karena dibalik semua itu, ada hikmah yang tersembunyi.