Ibu adalah sosok wanita yang sangat aku kagumi. Karena Ibu adalah sosok seorang yang tangguh dan penuh kasih sayang. Apapun yang Beliau kerjakan, tak pernah terdengar keluhnya. Beliau sangatlah kuat mengahadapi masalah yang dihadapinya. Jika mengambil keputusan, Beliau selalu memberikan keputusan yang terbaik bagi kami. Yang sampai saat ini tidak pernah kurang adalah perhatian dan kasih sayangnya. Begitu besar perhatian dan kasih sayang yang Ia berikan kepada semua anaknya. Hal itu semakin terbukti dengan perhatian yang selama ini dia berikan untuk almarhum kakakku, M.Syafrudin. Semasa ia sakit, Ibu selalu mengurus dengan sabar dan penuh kasih sayang. Ia sering mengeluh kepada Ibu, beliau pun menyemangatinya agar ia kembali sehat dan berkumpul bersama keluarga seperti sediakala. Selama ±4 bulan Ibu merawat kakakku tanpa menunjukkan kelelahan kepadanya. Aku tahu, betapa lelahnya Beliau ketika harus pergi pagi dan pulang larut malam demi menjaga anaknya yang sedang sakit. Belum lagi harus mencuci pakaian kakak dan memasak untuk yang menjaga kakakku pada waktu malam hari.
Sangat lelah, itulah yang terlihat walaupun ditutup-tutupi oleh Ibu. Tetapi, ketika aku ingin membantu, Beliau malah memarahiku. Beliau berkata “Tugas kamu adalah belajar, tak usah mengurusi kakak yang sedang sakit, karena sudah banyak yang menjaganya. Nanti kalau libur, barulah kamu bantu-bantu.” Alangkah kagetnya aku, walaupun aku tinggal di rumah pamanku, kadang aku pulang ke rumah untuk membantu Ibuku. Meskipun kalau aku pulang, Beliau marah-marah. Sempat kakakku sembuh dan sadarkan diri. Beliau sangat senang melihat anaknya berangsur-angsur sembuh. Tetapi, beberapa hari setelah itu, pikiran kakakku mulai kacau kembali. Akhirnya Ibu memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit lagi.
Dari situlah kakakku mulai menjadi semakin parah penyakitnya. Ibu terus berdoa demi kesembuhan kakakku sambil terus menyemangati kakakku agar ia mampu melawan penyakit yang dideritanya. Tiga hari kakakku dirawat, Ibu memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan beralih ke pengobatan alternatif saja. Kakakku dibawa pulang ke rumah. Selama dirawat di rumah, sudah banyak yang mencoba untuk mengobatinya. Tetapi semua berkata, “Kenapa tidak dari dahulu diobati dengan pengobatan alternatif?” Ibu hanya berkata, “Sebelumnya saya sudah pernah coba, tetapi hasilnya hanya sementara. Bahkan ada juga yang hasilnya sama saja atau tidak bereaksi sama sekali.” Ibu semakin bingung dengan keadaan kakakku yang semakin parah dan ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang hanya membuat Ibuku semakin terpojok.
Suatu hari, ketika semua sedang sibuk memasak, didapati kakakku bernafas dengan tersengal-sengal. Begitu paniknya Ibuku sampai menangis melihat keadaan anaknya tersebut. Kakakku dibawa ke rumah sakit yang tak jauh dari rumah. Namun, sayangnya kami ditolak karena keterbatasan ruangan yang dimiliki rumah sakit tersebut. Akhirnya, kakakku dibawa ke rumah sakit di daerah Jakarta. Alhamdulillah, Ia sempat menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Nafasnya sudah mulai teratur dan tanda-tanda kesembuhan lainnya. Namun, manusia hanya bisa berusaha, Allah yang menentukan. Kakakku menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Bapakku. Tetapi, Ibu tidak ikut serta ke rumah sakit. Ketika mendengar berita meninggalnya sang anak, Ibuku hampir tidak sadarkan diri. Ibuku menangis tersedu-sedu mendengar anaknya telah pergi mendahuluinya. Sesampainya jenazah dirumah, Ibu langsung memeluknya. Tak dapat dipercaya, Ia pergi begitu cepat. Ibu pun ikut dengan kami sampai ke tempat peristirahatan kakakku yang terakhir. Selama perjalanan itu, Ibu tak henti-hentinya menangis. Aku papah Beliau, karena aku takut beliau tidak kuat jalan. Sepulang dari pemakaman, Ibu masih menangis. Semua mencoba menenangkannya, tetapi Beliau butuh waktu untuk itu. Begitu besar pengorbanan Ibu. Tanpa mengeluh dan tetap sabar. Walaupun semasa hidup kita selalu menyusahkan Ibu, tetapi Ibu tetap menyayangi kita sepenuh hati tanpa pengecualian.